JANGAN MEMBIARKAN KETAKUTAN MENGUASAI DIRI
Yer. 20:10-13; Rm. 5:12-15; Mat. 10:26-33.
HM Biasa XII
Minggu, 25 Juni 2023
RD. Novly Masriat
Dalam injil hari ini, Yesus juga berbicara soal ketakutan. Yesus mengajak para murid untuk “jangan takut”. Yesus mengulangi kata-kata ini sebanyak tiga kali untuk menegaskan betapa pentinya keberanian. Tentu, ketakutan adalah perasaan manusiawi yang kadang muncul dalam menghadari suatu ketidakpastian. Ini adalah sesuatu yang biasa. Rasa takut, cemas, khawatir adalah perasaan-perasaan manusia yang normal. Menjadi sesuatu yang abnormal atau penyakit adalah ketika rasa takut, cemas, khawatir mengontrol atau menguasai hidup seseorang. Perintah “jangan takut” dalam injil ini juga tidak dengan maksud untuk mengesampingkan perasaan takut atau cemas, tetapi untuk menegaskan bahwa “ketakutan” jangan sampai menguasai hidup seseorang.
Kita boleh waspadah, khawatair, tetapi jangan membiarkan kewaspadaan ini menimbulkan rasa takut atau kecemasan yang berlebihan. Ketakutan berlebihan membuat seseorang tidak berani mengambil keputusan, dan tidak bisa maju dan berkembang, serta akan tetap berada di tempat dan zona yang sama.
Sebagai orang Kristen, tidak ada alasan untuk terlalu takut atau cemas dalam menghadapi hidup ini. Kita perlu waspadah, tetapi bukan berarti menjadi cemas atau takut berlebihan. Yesus menghendaki kepercayaan diri orang Kristen untuk tetap bergerak maju. Yesus ingin agar orang Kristen tidak cemas terhadap berbagai hal yang ada di sekitar kita. Yesus menegaskan bahwa setiap rambut kepala kita dihitung dan kita berharga di mata Tuhan (bdk. Mat 10:30-31). Penegasan Yesus ini mengungkapkan bahwa Tuhan begitu mencintai kita. Dia tidak akan tinggalkan kita sendirian. Kita tetap ada dalam naungan belaskasih Tuhan. Oleh karena itu, kita jangan membiar diri dikuasai oleh ketakutan karena begitu besar cinta Tuhan bagi kita. Sebagai orang Kristen, iman akan cinta kasih Tuhan inilah yang menjadi obat untuk melawan ketakutan dan kecemasan. Orang Kristen harus percaya diri dan yakin akan campur tangan Tuhan dalam setiap pergumulan hidup. Tuhan selalu dan senantiasa menolong orang yang percaya kepada Tuhan (bdk. Mat 10:32).
Memang ada berbagai alasan yang bisa saja membuat kita takut dan cemas. Ada yang mungkin cemas dan takut karena kesehatan, keperluan makan-minum, pendidikan, pendidikan, usia, dan lain sebagainya. Paus Fransiskus katakan dalam ensikliknya, Misericordia et misera, “Jangan kita pernah kehilangan harapan yang lahir dari iman akan Tuhan yang bangkit. Betul, kita kerap dicobai sampai sakit, tetapi kita harus tidak pernah kehilangan kepastian akan kasih Tuhan kepada kita” (art. 13). Paus Fransiskus juga pernah berpesan, dalam ensikliknya Gaudete et Exultate, “kita mebutuhkan dorongan Roh Kudus, agar jangan dilumpuhkan oleh ketakutan dan kehati-hatian yang berlebihan, agar jangan terbiasa berjalan hanya dalam batas-batas aman”.
Jadi sebagai manusia, kita mungkin cemas dan takut akan berbagai hal, tetapi sebagai orang yang beriman, kita harus yakin bahwa kekuatan Tuhan melebihi kecemasan dan ketakutan kita. Ketakutan berlebihan adalah bagian dari cobaan iblis. Iblis kadang mencobai kita untuk tetap tinggal dalam zona tertentu, terutama zona dosa dan takut untuk berubah. Kita harus berani berubah. Kita meminta Roh Kudus untuk membantu kita, dan memberanikan kita untuk tetap bergerak maju untuk berkembang menjadi lebih baik. Ketakutan berlebihan membuat kita hanya tinggal di zona yang tetap, tidak bergerak, dan tidak pernah akan maju. Perubahan hidup, terutama hidup menjadi lebih baik akan terjadi bila kita berani untuk bergerak maju. Jangan biarkan kecemasan dan ketakutan mengontrol hidup kita. Hidup harus tetap berlanjut, dan jangan takut untuk maju. Tuhan senantiasa menyertai kita.